LIFESTYLE

Memulai Hijrah Dengan Berhijab

SIBERNAS.com, Palembang  – Nama  Maharni Ardy sudah tidak asing lagi pada dunia olahraga menembak Sumatera Selatan (Sumsel). Wanita cantik kelahiran Palembang 14 November 1986 ini, adalah salahsatu petembak terbaik yang dimiliki Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) Sumsel.

Awal tahun 2013, menjadi titik balik bagi Reni-sapaan akrab Maharani Ardy, sebagai seorang Muslimah. Ya, di tahun 2013, dia memutuskan untuk berhijrah, menjadi seorang Muslimah yang lebih baik lagi dengan memakai hijab atau jilbab, mengikuti Syariat Islam. Ini jelas bukan keputusan mudah, karena seorang atlet yang memakai hijab banyak mengundang pro dan kontra tentang keikutsertaannya mereka bertanding. Alasannya beragam, mulai dari merasa gerah, tidak nyaman, atau terbentur regulasi dari cabang olahraga yang diikuti.

Seperti yang dialami Miftahul Jannah, atlet judo putri Indonesia, yang gagal tampil di Asian Para Games 2018. Miftahul Jannah didiskualifikasi wasit lantaran menolak melepas hijab ketika akan bertanding. Wasit melarang Miftahul Jannah karena terkait peraturan, yang mana dalam olahraga judo terdapat aturan atlet yang bertanding tidak diperkenankan memakai penutup kepala atas alasan keselamatan.

Padahal, hijab tidak dapat dipisahkan dari kehidupan wanita muslim. Seorang wanita Muslimah wajib mengenakan hijab ketika ia sudah dewasa atau ketika ia sudah mengalami haid. Ciri-ciri wanita yang baik menurut Islam adalah mengenakan hijab. Bahkan, begitu banyak ayat-ayat
Allah Subhanahu Wata’ala yang memerintahkan kaum wanita untuk berbusana menutupi auratnya.

“Reni memutuskan berhijab di tahun 2013. Dulu memang Reni belum berhijab, namun sekarang sudah berhijrah,” kata Maharani Ardy saat memulai perbincangan dengan Redaksi AsSajidin.COM, Selasa (29/1/2019).

Wanita berusia 33 tahun ini menceritakan, alasannya untuk memakai hijab karena ingin lebih baik lagi sebagai seorang Muslimah. Apalagi, dalam agama Islam, berhijab adalah sebuah kewajiban bagi seorang perempuan.

“Karena wajib, saya harus berhijab. Tidak ada dorongan dari keluarga, itu dari Reni sendiri. Sebelum menikah sudah pakai hijab. Di menembak Sumsel, Reni yang terlebih dahulu memakai hijab, namun sekarang rata-rata sudah pakai hijab semua. Bisa dibilang saya jadi inspirasi. Sekarang sudah banyak Muslimah sadar akan kewajiban mereka. Itu menurut Reni,” jelas dia.

Buah cinta pasangan Sukardi dan Ira Sapura itu menegaskan, tidak ada gangguan sama sekali saat memakai hijab, baik pada latihan atau kompetisi. Malahan, atlet menembak dari negara-negara Islam, salah satunya Bahrain, saat bertanding mereka memakai hijab yang panjang dan dikeluarkan dari jaket.

“Hijab tidak bikin ribet saat latihan dan kompetisi. Coba lihat atlet dari negara Bahrain, hijab mereka panjang, mereka pakai pashminah yang turun sampai ke bawah, ternyata mereka enjoy dan tidak ribet karena pakai hijab. Kalau saya pakai dinner hijab dan turban, kemudian dimasukkan ke dalam jaket,” tegas bungsu dari tiga orang bersaudara.

“Untuk Perbakin tidak ada larangan. Kami sebagai atlet dibebaskan karena tidak aturan atau larangan pakai hijab di menembak, karena menembak adalah kompetisi yang dipertandingkan di seluruh dunia, termasuk Olimpiade, dan negara Islam ikut. Tidak mungkin mereka melarang, kalau melarang pasti banyak yang tidak ikut,” cetusnya.

Pada Mei 2013, Reni memutuskan menikah dengan pria pujaan hatinya, Wendi Winarya. Dari hasil pernikahan itu, mereka mendapat titipan seorang putri cantik bernama Quaneisha Aqilah Winarya, yang kini berusia 4,5 tahun. Meski sudah menikah, dia tetap mendapat support penuh dari suami, berusaha membagi waktu, dan tetap fokus berlatih mengejar prestasi.

“Dukungan suami tinggi. Harus bisa jaga waktu antara bekerja, latihan urus suami dan anak. Di rumah Reni juga dibantu Mama (Ibu Reni-red) untuk mengurus anak. Saya juga masih latihan Senin, Rabu Jumat, Alhamdulillah dapat dispensasi dari tempat saya bekerja, Bank Sumsel Babel. Alhamdulillah manajemen support untuk latihan. Event terdekat, Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Papua, Insya Allah masih tampil,” tukas peraih medali emas SEA Games 2011 Indonesia.

“Harapan ke depan, tetap bela Indonesia di luar, tetap ikut PON dan SEA Games, karena ini event besar, kalau Kejurnas sudah biasa. Pesan untuk junior lebih giat lagi latihan, dan kepada pemerintah untuk lebih memberikan perharian kepada olahraga menembak,” pungkas karyawan Bank Sumsel Babel itu.

Berawal dari Ketidaksengajaan

Cantik, pintar pula membidik. Inilah kesan pertama yang seorang Maharani Ardy. Atlet menembak asal Sumatera Selatan ini begitu serius menekuni olahraga menembak sejak tahun 2004. Kini berbagai prestasi sudah diukirnya hingga ke tingkat SEA Games. Dua kali ikut SEA Games, dia selalu membawa pulang medali. Pada SEA Games Laos 2009 ia meraih medali perak beregu, dan pada SEA Games Palembang 2011 meraih medali emas nomor individu nomor 50 meter prone.

Seperti dilansir dari makumaatnews.com, (21/2/2019). Reni mengaku tertarik menekuni olahraga menembak karena ingin mengibarkan bendera Merah Putih di ajang internasional. Karena menurutnya, hanya ada dua moment yang dapat mengibarkan Merah Putih di luar negeri. Pertama kunjungan kenegaraan Presiden ke luar negeri, kemudian lewat prestasi olahraga.

Dia lantas menceritakan awal masuk menembak tahun 2001, saat duduk di kelas 3 SMP, namun baru serius menekuni dunia menembak saat SMA kelas 1, dan langsung bergabung dengan Perbakin.

“Awalnya juga dari ketidaksengajaan, berawal dari papa Reni yang bekerja di kantor kelurahan, mau mengantarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) punya Pakde Kucung Sugiono (Pelatih Menembak Sumsel-red). Pas anter papa kaget ada yang latihan menembak di rumah, mereka kemudian mengobrol dan kebetulan. Kebutulan Pakde Kucung cari bibit PON 2014 Palembang. Reni kemudian diajak, dan saya ajak tema-teman juga, waktu itu masih di Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra). Pelatih Kucung akhirnya melihat siapa yang ada bakat, akhirnya terus sampai kemudian latihan,” kata Reni sembari mengingat kembali awal terjun ke olahraga menembak.

Dia mengaku, dulu biaya latihan menembak masih cukup murah. Dia bahkan harus menambung untuk membeli saputangan untuk berlatih. Sementara untuk jaket dibantu oleh Perbakin dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumsel.

“Orangtua tidak ada larangan fokus di menembak, malah mereka support, habis pulang sekolah langsung ke rumah pelatih untuk latihan. Masih panas panasan, keringatan bau matahari. Meski masa bermain dengan teman-teman sekolah jarang, bukan berarti masa SMA saya terenggut. Meski jarang bermain, namun saya tetap berkumpul sama teman-teman atlet waktu kejuaraan seperti Kalimantan, Jawa, Padang, Medan, Nusa Tenggara,” kara Reni mengakhiri perbincangan.

Biodata :
Nama : Maharani Ardy
Tempat Tanggal Lahir : Palembang 14 November 1986
Usia : 33 Tahun
Agama : Islam
Suami : Wendi Winarya
Anak : Quaneisha Aqilah Winarya (4,5)
Ayah : Sukardi
Ibu : Ira Sapura
Pekerjaan : Atlet Menembak Sumsel dan Karyawan Bank Sumsel Babel

Prestasi :
PON 2008 Kaltim Emas
Singapura Open 2009 Emas
SEA Games 2009 Laos Perak
SEASA 2009 Thailand Perak
Training Camp (TC) di Wisbarden di Jerman 2010
Kualifikasi ASIAN Games Guangzhou
SEA GAMES 2011 Emas
PON 2012 Riau Perak

Read more: https://maklumatnews.com/2019/02/21/memulai-hijrah-dengan-berhijab/#ixzz5g9dXAhga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *