Uncategorized

Komedian Indonesia, SAKDIYAH MA’RUF Masuk 100 Perempuan Berpengaruh Di Dunia 2018

SIBERNAS.com – BBC 100 Women telah mengumumkan daftar 100 perempuan yang dianggap menginspirasi dan berpengaruh dari seluruh dunia untuk 2018.

Perempuan komedian tunggal (stand-up) Indonesia, Sakdiyah Ma’ruf masuk dalam daftar ini.

Sakdiyah disebut sebagai “perempuan komedian tunggal muslim pertama dari Indonesia” yang menggunakan komedi sebagai “cara untuk menantang ekstremisme Islam dan kekerasan terhadap perempuan”.

Sebelumnya, pada wawancara 2015 dengan BBC News Indonesia soal Wajah Radikal dan Moderat Peranakan Arab Indonesia , melalui panggung komedi, Sakdiyah sering menyuarakan kegelisahannya terhadap sikap radikal yang ditunjukkan sebagian warga keturunan Arab di Indonesia.

“Di masa post-reformasi, kita menghadapi minoritas keturunan Arab yang suaranya keras, termasuk kelompok radikal dan fundamentalis,” kata Sakdiyah saat itu.

Dia juga tidak memungkiri bahwa sebagian anak muda keturunan Arab tertarik ideologi ISIS.

“Komunitas Arab seperti terhubung lebih mudah -ketimbang masyarakat lain- dengan orang-orang di Timur Tengah. Ini terjadi karena situasi geopolitik yang mencair,” katanya setengah menganalisis.

“Sebagian orang-orang Arab Indonesia ini kemudian mencari rujukan baru,” lanjutnya.

“Di sinilah isu trans-nasional menemukan tempatnya”. Namun Sakdiyah meyakini jumlah anak muda keturunan Arab yang tertarik radikalisme Islam jumlahnya kecil.

Sampai sekarang tema konservatisme masih menjadi perhatian Sakdiyah dalam mengulik materi untuk diekspresikan di panggung. Namun kini Sakdiyah mengakui bahwa ada kesulitan yang dihadapinya dalam mengeksplorasi tema-tema tersebut.

“Tantangan-tantangan lama yang saya hadapi setelah sekian lama di profesi ini ternyata masih harus saya hadapi dan kondisinya ‘tidak membaik’ karena … terus terang saja, apalagi ini tahun politik ya, apa yang dilakukan orang yang tidak ada hubungannya dengan diri saya itu ikut mempengaruhi hidup dan karier saya,” kata Sakdiyah, Senin, 19 November 2018 kepada BBC News Indonesia.

“Apa pun yang dilakukan menjadi us vs them saat ini. Setiap kata, setiap tindakan, setiap joke dianggap sebagai keterlibatan politik praktis. Saya tahu setiap statement yang saya lakukan adalah pernyataan politik, tapi bukan politik elektoral. Pernyataan politik dalam arti ini posisi saya menyikapi relasi kuasa, tetapi kalau sekarang, posisi apa pun yang diambil siapa pun menjadi sangat dikaitkan dengan politik elektoral, dan itu membuat situasi menjadi lebih sensitif,” tambah Sakdiyah.

Menurut Sakdiyah, kini bisa dibilang dia mengubah strateginya dalam berkomedi.

“Yang saya lakukan sekarang ini adalah mendekatinya dari posisi yang lebih universal, yaitu pengalaman perempuan. Materi baru saya, masih sih kritik terhadap konservatisme tetapi saya dekati dari fakta bahwa saya baru melahirkan anak perempuan,” kata Sakdiyah.

“Misalnya, saya baru melahirkan anak perempuan. Sedih sekali begitu (anak) lahir sudah dibilang bahwa ini tanda-tanda akhir zaman, misalnya, kan karena orang sekarang kan dikit-dikit tanda-tanda akhir zaman, makin banyak anak perempuan yang lahir katanya tanda-tanda akhir zaman,” ujarnya.

Lihat Juga :  LindungiHutan Gelar Webinar Pemanfaatan Ekosistem Hutan dan Perairan untuk Mengatasi Perubahan Iklim Secara Berkelanjutan

Sakdiyah yang juga pernah meraih penghargaan Vaclav Havel International for Creative Dissent 2015 di Oslo, Norwegia ini menyatakan bahwa dia tidak sengaja terjun ke stand-up comedy.

“Artinya ini bukan bagian dari cita-cita atau mimpi saya. Saya juga tidak pernah berpikir akan menjadi komedian. Saya juga tidak pernah berpikir bahwa seorang komedian akan lahir dari komunitas keturunan arab, apalagi perempuan, dan berjilbab. Tetapi, saya meyakini, kebanyakan kaum Arab peranakan itu memiliki DNA sebagai komedian. Jadi, kehadiran saya sebagai komedian tidak terlepas dari sejarah saya,” kata Sakdiyah saat itu.

Menurut Sakdiyah, dalam komunitas Arab, ketika mereka -terutama kaum pria- berkumpul santai, mereka bisa berkelakar berjam-jam.

“Mereka adalah humoris yang berbakat, walaupun materi kelakarnya terkadang sangat arogan dan terkesan ingin menunjukkan superioritas mereka. Itulah sebabnya saya sering bertanya-tanya: kenapa orang-orang Arab di Timur tengah suka marah, perang, padahal mereka memiliki selera humor yang tinggi, suka bercanda.”

Sebagai komedian, masalah isu perempuan menjadi materi saat di panggung, di antaranya soal tubuh perempuan, termasuk soal hijab.

Tema-tema lain yang dieksplorasi oleh Sakdiyah termasuk soal identitas kearabannya, kebangkitan gerakan fundamentalisme, serta soal liberalisme.

Siapa 100 Women lain

Lewat para perempuan yang masuk dalam daftar 100 Women ini, ada banyak tema yang dieksplorasi, termasuk soal menggunakan kemarahan untuk mendorong aksi dan mengangkat sosok perempuan terlupakan dari bayang-bayang sejarah.

Perempuan yang terpilih usianya beragam, dari 15 sampai 94 tahun dan berasal dari 60 negara. Mereka adalah pemimpin, pendobrak, dan pahlawan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah mereka:

Urutan berdasarkan abjad nama, usia, profesi, negara asal, dan biografi

1) Abisoye Ajayi-Akinfolarin, 33 – Pengusaha sosial, Nigeria.

Abisoye adalah pendiri GirlsCoding, sebuah LSM yang mengajarkan coding, desain, dan membangun situs pada anak perempuan untuk menyelesaikan masalah di komunitas mereka.

2) Esraa al-Shafei, 32 – Direktur eksekutif organisasi nirlaba Majal.org, Bahrain.

Esraa telah mendirikan beberapa platform digital untuk membantu memberi suara pada kelompok-kelompok yang minim perwakilan di Timur Tengah dan Afrika Utara.

3) Svetlana Alekseeva, 18 – Model, Rusia.

Svetlana selamat dari kebakaran yang membakar hampir setengah tubuhnya dan kini bekerja untuk membantu orang dengan bekas luka untuk merasa positif akan tubuh mereka.

4) Lizt Alfonso, 51 – Sutradara dan koreografer, Kuba.

Lizt mendirikan kelompok tari fusion yang diakui secara internasional dan telah tampil di ratusan kota di seluruh dunia.

5) Nimco Ali, 35 – Aktivis dan penulis, Somaliland.

Nimco adalah aktivis anti-FGM (sunat perempuan) peraih penghargaan.

6) Isabel Allende, 76 – Penulis, Peru.

Isabel adalah perempuan penulis berbahasa Spanyol yang telah menjual lebih dari 70 juta buku dalam 42 bahasa.

Lihat Juga :  Usai Tekuk Vietnam, Indonesia Butuh Satu kemenangan lagi untuk Lolos Piala Asia 2027

7) Boushra Yahya Almutawakel, 49 – Seniman, fotografer dan aktivis, Yemen.

Boushra adalah perempuan fotografer profesional Yemen pertama, karya-karyanya sudah muncul di terbitan internasional dan dibeli oleh British Museum.

8) Alina Anisimova, 19 – Pemrogram pelajar, Kirgistan.

Alina memimpin Sekolah Luar Angkasa Anak Perempuan Kirgis, yang bertujuan untuk mengirim satelit pertama negara itu ke luar angkasa.

9) Frances Arnold, 62 – Profesor teknik kimia, rekayasa hayati dan biokimia, AS.

Frances adalah penerima penghargaan Nobel Kimia 2018, dan penelitiannya tentang enzim digunakan di laboratorium, mulai dari pembuatan obat-obatan penting sampai biofuel dan deterjen pakaian.

10) Uma Devi Badi, 54 – Wakil Rakyat, Nepal.

Uma berasal dari komunitas Badi yang dianggap “tak boleh disentuh” di Nepal dan berusaha untuk mengubah persepsi itu.

11) Judith Balcazar, 65 – Perancang pakaian, Inggris,

Judith mengelola beberapa perusahaan mode sebelum ikut mendirikan Giggle Knickers yang membuat pakaian dalam khusus bagi perempuan penderita kehilangan kontrol kandung kemih.

12) Cindy Arlette Contreras Bautista, 28 – Pengacara, Peru.

Arlette adalah wakil NiUnaMenos (Jangan Lagi Kehilangan Satu Perempuan), sebuah gerakan melawan kekerasan domestik di Peru, setelah videonya diserang oleh pacarnya menjadi viral.

13) Leyla Belyalova, 61 – Dosen, Uzbekistan.

Leyla adalah seorang dosen universitas yang bekerja untuk melindungi ekosistem pegunungan Uzbekisan dan spesies burung, termasuk burung pemangsa.

14) Analia Bortz, 51 – Dokter, rabbi dan pegiat bioetik, Argentina.

Analia adalah seorang dokter dan pegiat bioetik yang menyediakan perawatan holistik bagi perempuan yang mengalami ketidaksuburan.

15) Fealofani Bruun, 35 – Yachtmaster, Samoa.

Fealofani adalah orang Samoa pertama dan perempuan Pasifik pertama yang mendapat posisi yachtmaster, dan merawat kano perjalanan tradisional.

16) Raneen Bukhari, 31 – Kurator dan manajer sosial media, Arab Saudi.

Raneen adalah seorang kurator dan konsultan seni yang juga mengerjakan bisnis desain keluarganya.

17) Joy Buolamwini, 28 – Seniman AI dan peneliti, Kanada.

Joy adalah ‘penyair kode’ yang menggunakan seni dan penelitian untuk menyoroti dampak sosial dari kecerdasan buatan.

18) Barbara Burton, 62 – CEO dari BehindBras, Inggris.

Barbara mendirikan BehindBras, sebuah organisasi yang membantu perempuan yang akan meninggalkan penjara untuk bekerja di industri mode dengan memberi pelatihan kerja. Dia mendirikan organisasi ini setelah berada di penjara pada akhir usia 50an.

19) Tamara Cheremnova, 62 – Penulis, Rusia.

Tamara hidup dengan cerebral palsy dan menulis kisah dongeng. Dia mendapat julukan “Pendongeng Siberia”.

20) Chelsea Clinton, 38 – Wakil ketua Clinton Foundation, AS.

Chelsea adalah penulis berbagai buku dan menjadi wakil ketua Clinton Foundation, di situ dia bekerja di banyak inisiatif, termasuk memberdayakan generasi pemimpin berikutnya.(*)

 

Editor : Aspani Yasland

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.