Kasus Polio Bertambah, Berikut Gejala dan Cara Mencegah

SIBERNAS.com, Jakarta — Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Budi Gunadi Sadikin menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di Indonesia hal tersebut menyusul adanya temuan satu kasus Polio Tipe 2 dan Sabin Tipe 3 di Kabupaten Pidie, Aceh. Padahal, sebelumnya Indonesia sudah dinyatakan bebas polio pada 2014.
Budi menyebut polio tipe 2 ini ‘muncul’ di sejumlah negara dalam enam bulan terakhir, di antaranya Amerika Serikat, Inggris, dan Israel, kemudian Indonesia.
“Kita juga sudah identifikasi lagi, kemarin nambah lagi kalau tidak salah, jadi tiga kasus di Pidie itu,” kata Budi dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI, Jakarta, Selasa (22/11).
Mengutip laman Kemenkes, Polio adalah salah satu penyakit yang sangat mudah menular dan dapat menyebabkan paralisis atau kelumpuhan akibat gangguan saraf. Hingga saat ini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan polio.
Polio dapat menyerang pada usia berapa saja, hanya saja usia paling rentan terkena polio adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Tapi apakah polio bisa sembuh?
“Tidak ada obat untuk polio, yang ada hanya perawatan untuk meringankan gejala. terapi fisik digunakan untuk merangsang otot dan obat antispasmodic diberikan untuk mengendurkan otot-otot dan meningkatkan mobilitas. Meskipun ini dapat meningkatkan mobilitas, tapi tidak dapat mengobati kelumpuhan polio permanen,” tulis Kemenkes.
Ketika sudah terkena polio, pengobatan ditekankan pada tindakan untuk pencegahan cacat. Untuk mencegah penularan polio disarankan untuk segera mendapatkan imunisasi polio. Apakah polio bisa sembuh? Untuk saat ini polio belum ada obatnya selain dengan imunisasi pencegahan.
“Virus penyebab polio ada tiga serotipe, (yaitu) tipe 1, tipe 2, dan tipe 3. Virus polio ini memasuki tubuh melalui mulut, bukan kulit atau hidung. Artinya (polio menular melalui) mengonsumsi makanan ataupun minuman,” jelas Epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman sebagaimana dilansir dari cnbcindonesia, Selasa (22/11/2022).
Dicky menjelaskan, setelah memasuki tubuh, virus polio akan berkembang biak di orofaring atau bagian tengah tenggorokan dan usus kecil. Bila virus telah keluar melalui feses atau kotoran manusia, kotoran tersebut dapat menyebarkan dan menularkan virus polio ke lingkungan sekitar.
“Virus polio memang menginvasi jaringan limfoid (jaringan dalam tubuh) di saluran cerna. Paling berbahaya adalah ketika virus memasuki pembuluh darah dan menyebar sampai ke susunan saraf pusat yang menyebabkan kelumpuhan,” jelas Dicky.
umumnya masa inkubasi polio memakan waktu 3 hingga 6 hari dengan kelumpuhan yang terjadi dalam waktu 7 sampai 21 hari. Sedangkan, gejala virus polio muncul pada 7 hingga 10 hari setelah terinfeksi dengan rentang 4 sampai 35 hari.
Sebagian besar pasien polio atau sekitar 90 persen disebutkan tidak memiliki gejala, bergejala ringan, dan umumnya tidak dikenali. Gejala awal polio adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, mengalami kaku di leher, dan nyeri di tungkai.
Kemenkes menyebutkan, terdapat tiga kelompok gejala polio, yaitu.
- Polio non-paralisis dengan gejala muntah, lemah otot, demam, meningitis, letih, sakit tenggorokan, sakit kepala, serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan nyeri.
- Polio paralisis dengan gejala sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan terasa lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
- Sindrom pasca-polio dengan gejala sulit bernapas atau menelan, sulit berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.