Selesai dengan Ustads Abdul Somad
Ke Palembang pun dia sering diundang untuk memberikan siraman ilmu agama Islam yang sangat dinantikan masyarakat

SIBERNAS.com – Tulisan saya ini, tidak terlepas dari bagaimana Ustad Abdul Somad, Lc, MA, yang kini makin melambung namanya di dunia. Di Hongkong dia ditolak melakukan kajian, dan ada satu mesjid PLN di Jakarta juga dia ditolak. Tapi Ustadz Abdul Somad yang kini dijuluki dengan nama dengan kependekan UAS itu, biasa-biasa saja.
Bahkan dia tak ingin berkomentar banyak, karena ratusan kelompok kajian di berbagai daerah di negeri ini masih menunggunya. Jamaah pengajian di Aceh malah mengklaim UAS sebagai Ulama mereka sangkin melindunginya. Mereka bahkan rela berjihad bagi UAS, karena dia menjalankan syariah Islam yang dinilai kuat.
Ke Palembang pun dia sering diundang untuk memberikan siraman ilmu agama Islam yang sangat dinantikan masyarakat. Di Palembang dia bukan hanya di satu kelompok kajian saja, tetapi biasa kalau ke sana terpaksa harus membagi waktu di 3 hingga 4 tempat dengan ribuan jamaah dalam satu dua hari.
Ustadz Melayu ini, pernah ditulis oleh Pemimpin Redaksi Harian Singgalang Khairul Jasmi, sebagai ulama dari Siak. Ternyata memang sejak dahulu kala ulama dari Siak, Riau selalu menyebar Islam ke Ranah Minangkabau. Sehingga bagi masyarakat Minang bahwa ulama dari Siak Riau sudah menjadi hubungan yang lama terjalin dalam sejarah persebaran Islam di Minangkabau (Sumatera Barat).
UAS seorang anak Melayu dari Riau yang tiba-tiba saja melejit menjadi da’I kondang. Bia begitu dia tidak mau disebut sebagai Ustadz Sejuta Ummat, tetapi “saya Ustadz Sejuta Follower di Medsos,”katanya.
UAS yang kini telah menjadi sosok fenomenal ini, memang memiliki ilmu yang dalam. Ia membaca judul kitab saja kita terperangah mendengarnya, dan biasanya dia menyebut nama pengarang dan guru-guru dari pengarang buku itu. Ini hampir tak pernah kita dengar dari ustad lain, di tivi atau media sosial.
Ia pun menguasai empat mashab. Ia kupas mulai dari cara berwuduk, lipat tangan waktu shalat, kunut, baca bismillah, telunjuk bergerak atau tak bergerak. Kemudian salawat, maulid, sampai pada cara masuk kamar mandi. Semua kajian sepintas-sepintas terngiang lagi di telinga karena sudah didengar waktu di mesjid ketika kita mempelajari dengan guru agama kita dulu di kampung.
Kini lebih dalam dan dilihat dari empat mashab. Ia tak merendahkan satu mashab karena semua mashab bermula oleh ulama besar. Ia tak menjelek-jelekan adanya perbedaan, tetapi ia ungkapkan ilmu dari berbagai pendapat ulama dengan hadist-hadis yang sahih atau hasan.Ia tak bilang pila adanya bid’ah.”Tak perlulah kita berdebat-debat, yang penting ukhuwah kita pula yang perlu kita eratkan,”katanya dengan dialeg Melayu.
Ustad Somad tak ingin ada pertikaian dan perselisihan pendapat hanya karena ada perbedaan pemahaman dari para ulama tentang sesuatu. Tapi UAS memberikan solusi dari hadis-hadist yang sohe itu dan dia katakana bahwa laksanakan sesuai dengan pengetahuan yang didapat lalu jangan mengatakan orang lain salah.
UAS adalah ulama yang sangat cerdas, lompatan pikirannya sangat tepat dan terukur sesuai dengan tafsir Al Qur’an dan Hadist yang ada dari para ulama terdahulu. Ia pun memberikan lompatan atas pertanyaan dengan menarik, hingga melontarkan gurauan yang lucu pada saat jamaah sudah mulai hilang keseriuan.
Ketika bicara takdir misalnya saat ceramah di Pangkal Pinang. Jika motor sudah dirantai kemudian diikatkan ke pokok pinang, hilang juga, itu takdir. Kalau tak dirantai, kunci kontak lupa membawa lalu motor lenyap, itu lalai bukan takdir. Kita tahu itu, namun ia menyampaikan hal tersebut untuk memberi contoh pada kaji dan kutipan ayat serta hadis.
Satu hal yang sangat membuat hati terpikat kada UAS menyebut Ibunya, Bapaknya Gurunya dan beberapa ulambesar yang dia kenal dan penulis – penulis Islam besar yang dia kenal. Kitapun jadi terkesima dibuatnya. Alpalagi dengan dialog melayunya yang kental membuat kita makin terpikat dengan kajiannya.
UAS bukan ustadz sembarang ustadz,. Ia tidak pernah sombong, bahkan terkesan amat merendah. Apalagi ketika dia menyanjung orang-orang besar, baik pejabat apalagi orang-orang berpengaruh di sebuah daerah seperti Raja atau keturunan Sultan, makin membuat jamaah yang mendengarnya menjadi merendahkan hati. Mereka terkesima dan membuat hati jadi terpikat kepada sang Ustadz ini. UAS hampir tak ada salah setiap memyampaikan kajian .(*)
Penulis: Bangun Lubis