
SIBERNAS.COM, YOCKYAKARTA – Indonesia Scooter Festival (ISF) Yogyakarta, medapat perhatian banyak pecinta motor, khususnya penggila motor vesva .Namun, ada satu motor vesva yang unik karena memiliki desain bodi kayu yang kaya sentuhan seni luar biasa. Sehingga banyak dari pengunjung yang mencoba untuk mendekat dan mengambil foto berlatar Scooter yang mirip seperti Douglas 1955.
Eri Ashari, pemilik Scooter tersebut dan sekaligus pendiri Best Wood Art yang bermukim di Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Eri begitulah Ia disapa,mengatakan bahwa untuk membuat dan merangkai bodi kayu dalam balutan motor vesva tua miliknya ini menghabiskan setidaknya 65 juta potongan kecil limbah kayu.Hal itu disampaikannya dalam sela acara mengikuti ISF sebagaimana dikutip MaklumatNews.com dari Tempo.co. Ahad 23 September 2018
“Seluruh bahan Vespa itu saya buat dari sisa limbah kayu pensil, dan sempat ditawar oleh seorang kolektor seni asal Venezuela dengan harga senilai 130 ribu Euro atau setara Rp 1,9 miliar,” ungkapnya.
Menurut Eri, ide kreatif pembuatan Scooter kayu itu muncul karena keprihatinannya terhadap banyaknya limbah kayu yang kurang di manfaatkan, sehingga mengakibatkan lingkungan yang kurang baik. Oleh karena itu, ia berinisiatip memanfaatkan limbah tersebut menjadi karya seni yang dapat menghasilkan pundi-pundi jika mau.
Eri menambahkan jika yang paling sulit dikerjakan adalah ketika membentuk lekukan sesuai yang diinginkan. Mengingat limbah kayu pensil bentuknya persegi seperti penggaris. Ia harus memotong menjadi bagian lebih kecil sehingga dapat lekukan yang diiginkan pada bodi Vespa itu. Agar bodi Vespa kayu itu mengkilap, Ia mengatakan melapisinya dahulu dengan lilin, baru coating.
“Kalau ada ujung yang salah tempel tapi dipaksakan terus, bodinya jadi ngga kuat. Itu sebenarnya pertanda kalua kita sudah letih dan bosan. Nah untuk mensiasatinya, ya stop dulu mengerjakan terus naksi cari orderan. Biar tidak jenuh ,” ungkapnya.
Eri menuturkan , ia tidak berminat melepas Vespa kayu miliknya meskipun sudah ada yang menawar dengan harga menggiurkan.
“ Bagi saya, bukan karena uangnya ya. Tapi ini lebih kepada karya seni, saya cinta seni,” tutupnya.
Penulis : Jemmy Saputera